Rabu, November 25, 2009

Idul Adha Banjir Air Mata

Idul Adha di pondok???? Ada yang ingat ga gimana kita dulu para santri menyambut Hari Raya Kurban itu. Seingatku, kita dulu menyambutnya dengan takbir keliling sambil nyalakan obor. Memang sih ngga setiap tahun seperti itu. Tapi yang jelas pasti takbiran dong...Nah..yang ku ingat banget setiap takbiran ini. Irama syahdu takbiran membuat rindu melayang-layang ke kampung halaman, mengingat keluarga tercinta. Membayangkan wajah mereka satu-satu, mulai dari bapak ibu, adik-adik sampai ke keluarga dekat lainnya. Tak terasa sewaktu melafazkan kalimat takbir tercekat di kerongkongan, hidung jadi meler, dan...hu..hu...air mata pun berlinang. Sayangnya tak bisa menangis lepas. Bisanya ditahan. Idih... malu juga kalau ketahuan lagi mewek. Huk..huk... 
  Yang paling ku ingat saat itu aku menyepi di kolam kunci. Kebetulan kolam kunci dikeringkan. Jadinya, Kolam kunci bagaikan taman indah yang memang indah. Aku duduk di dekat tempat pilus yang biasa bermain. Oya pilus/bulus? (bener ga ya itu namanya?) --binatang air yang mirip ular atau belut. Ukurannya cukup besar, kalau ga salah ada dua ekor saat itu. Keberadaan binatang itu membuat kolam kunci bertambah eksotis apalagi bisa bersahabat dengan puluhan ikan mas yang berwarna warni, yang selalu ngumpul saat kita cuci tangan atau piring di peralon. Sambil mejeng alias nampang tentunya, he...Aku yakin teman-teman pasti ingat juga kondisi kolam kunci yang sangat menawan itu. Sayang ya...sekarang rata, hilang sudah tempat bersejarah kita dulu. Huk..huk..lagi deh..
  Tapi kenapa ya..Idul Adha yang identik dengan kurban dan makan daging kita ga pernah merasakannya saat itu?? Kita malah makan ikan yang ditangkap dari kolam tengah. Rasanya ikan itu..hm..luar biasa. Tapi alhamdulillah...beberapa hari setelah itu, pak Badrun datang bawa paket yang isinya...ternyata...rendang daging kurban. Akhirnya..bisa juga menikmati manisnya daging kurban yang disembilh dengan melafazkan kalimat takbir. Hm..yummi!!!! (nuri)
 
   

Label:

Sabtu, November 21, 2009

WAJAH-WAJAH PENYUKA BAKSO MEKARSARI.............................


Diantara sekian banyak alumni penyuka bakso Mekar Sari,
mereka berempat termasuk salah empatnya (bukan salah satu).
Kalo dilihat dari tampang2nya sangat mirip bakso. (Mis)

Label:

Jumat, November 20, 2009

Cover Boy Raker








































Siapa bilang saat rapat2 gak bisa salurkan bakat sebagai "cover boy"???
Nyatanya bisa tuh. Foto2 di atas diambil saat audisi terbatas angera tuk mencari bibit2 cover boy. Kira2 siapa yang layak sandang gelar cover........... ya?
Komentar pemirsa angera sebagai penentunya. /f

Label:

Rabu, November 18, 2009

Bakso & Mamang yang kurindu

By : Misriaty Logika November 9 at 8:36am

Bakso adalah makanan yang amat sangat merakyat....tua muda...miskin kaya....pastilah...gak mungkin gak pernah menyentuh alias makan "bakso"....kadang ada yang gak merasa dirinya hidup sebelum makan bakso......(bener gak seee...???? ngarang ajjah aQ ini...kwek...)...jaman dulu ne...jaman nyantri....aQ getol buanget mampir ke mekar sari....pergi keluar fondok sepertinya gak afdol kalo gak mampir yang namanya "bakso mekarsari"......perutQ belum mau berhenti makan kalo belum diisi bensinnya "mekar sari" kwkwkwkwk.....tambah lagi di temenin sama pasangannya...yaitu "borjo" atau kalo perut masih muat ya "es kelapa muda tapi pake gula merah"......wwuuiiiiihhhhh....jangan tanya dweh....nikmatnya.....

Sampe sekarang aQ yang udah jadi alumni ne....kharismanya mekarsari amat sangat melekat....silaturrahmi ke pabelan belum lengkap n sempurna kalo belum mampir n apel sama mekarsari.....(adduuuuhhhh....mekarsariiiii...dirimyuuuu.....kok jadi segitunya padaQ seee....kwkwkwkwk.....)aQ kalo makan baksonya tuh....selain di tambahi temennya2 bakso yaitu kecap, saos, sambel, acar juga "tempe mendoan" yang aQ suwer2.....wuih....mangkok jadi penuh sesak....tapi ya begitulah dulu diriQ....dan sekarangpun kalo pas aQ ada kesempatan kesanapun aQ juga masih seperti itu....justru yang seperti itulah yang buat aQ kangen......kangen...kangen ingin berjumpa bakso dan mamang mekarsari yang masih guanteng sampe sekarang..... kwkwkwkwk....yaaa.... begitulah....cerita kuliner jadul-Q.....hik4567

Label:

Jumat, November 13, 2009

Ragam Gaya

Cerita seriosa sebetulnya masih sisa satu, tapi ntar aja nunggu...
Sekarang kita nyantai liat macam2 gaya temen, adik n kakak2 di sela lelah jenuh rapat..







Mbak Asmah, mbak Uswah, mbak Dewi Arfiani n Kak Ria
ngadain reuni kecil (seangkatan)
Cantik2 semua...










Kalo ini saat serahkan (sec.simbolis) Web dari IKPP (ketum Ikpp Agus Soleh n ketua Tim Web Aries Budiono). Sori fotonya agak kabur, mungkin yang moto grogi dikit..





















































Macam2 gaya alumni..
Ada Kak Soleh Hasan-mbak Umi Saidah yang selalu mesra n kompak.. Juga pasangan alumni lain yang tak kalah kompak n setia dengan Pabelan seperti: Mbak Mang-Pak Rajasa, Mbak Syamsiyatun- Kak Arif. Ada juga mbak Istiatun yang selalu ada waktu tuk Pabelan meski sambil momong ke-3 bocah2 lucunya..
Kalo foto disamping kiri bawah yang cantik2 ini (diantara Bu Nyai Ulfah) adalah kak Zuriyati Aziz dan kak Ria (Khairiyah). Mereka berdua asal Jakarta pernah jadi pendamping kita. Ada juga alumni asal Jakarta yang namanya Ria (di atas) tapi panggilan akrabnya Ria Ndut (maaf ya Ria..), maklum ia makmur tapi fresh, ramah, ceria dan cantik. Meski Ria adik kelas, tapi karena ia masuk Pabelan saat sudah SMA, maka ia suka berteman dengan angkatan kita. Semua alumni yang datang tetap seperti dulu, seperti masih jadi santri: segar n cuakep2... /f.

Label:

Selasa, November 10, 2009

Sekelumit kenangan tentang Warni

''Eee...jangan dipeluk kuat-kuat,'' ujar Warni saat saya ingin memeluknya di kediaman Mba Ikun awal Juni 2009 lalu. Saya lupa ketika itu akan penyakit yang diderita Warni. Rasa haru dan bahagia membuat saya ingin mendekapnya erat. Sebab saya tak menyangka akan bisa bertemu dengan Warni, yang kabar sakitnya sudah diketahui di blog ANgera. Apalagi sudah puluhan tahun tak bertemu tepatnya sebelum saya meninggalkan Ciputat sekitar 1993. Di Ciputatpun kita nyaris jarang bertemu, karena beda fakultas dan tempat kos yang berjauhan.
  Kepergian saya ke Jakarta waktu itu benar-benar merupakan berkah, rezki yang tak terhingga. Ibarat kata pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain tugas, saya bisa bertemu dengan teman2 lama terutama Warni tentunya, yang kebetulan juga berada di Jakarta.
  Namanya saja lama tak jumpa, tentu banyak topik yang kita bicarakan, khususnya tentang masa lalu. Walau secara fisik Warni sakit, tapi wajahnya selalu sumringah dan ceria. Saya cukup terkesan dengan ingatan Warni tentang masa lalu saya yang tak banyak orang tahu, tetapi Warni mampu mengingatnya dengan jelas. Bahkan saya sendiri juga agak lupa dengan hal-hal tertentu, yang ternyata diingat Warni.
  Kini Warni telah kembali kepadaNYA. Selamat jalan kawan, semoga Allah menerima segala amal ibadahmu dan meletakkanmu di salah satu surgaNYA. Amin.....

Label:

Mengenang saat-saat terakhir Warni

Ini hanya sepenggal memori bersama Warni saat-saat terakhir-nya di Jakarta. Saat pertemuan IKPP kemarin, Meli menyarankan kami-kami untuk segera menengok. Kata Meli: ini tinggal menghitung hari, cepat datang. Aku nggak pernah nangis melihat orang sakit. Tapi kemarin aku bener-bener nggak tega melihat Warni sudah tidak bisa berbaring, harus duduk dan ditumpu bambu punggungnya dan bantal depannya untuk mengurangi sakitnya. Waktu aku datang, dia menangis dan menyebut aku dan tertunduk lagi. Sudah cepat kesana sekarang-sekarang ini". Kami tergetar dg dorongan Meli, akhirnya beberapa dari Angera pingin datang tapi lagi menghitung waktu dan baru realistis 2 minggu lagi untuk menengok Warni ke Banjarmasin. Tapi rupanya pagi tadi sudah ada kabar lain. Ini cerita-cerita mengenang Warni agar kenangannya tetap hidup bersama kami para sahabat-sahabatnya.

Tiba-tiba Warni manggil: "Yun, sini temenin masuk, biar aku nggak sendiri, bisa ngobrol-ngobrol sama mami (therapistnya)". Dalam proses therapy ini, kalau mbak ikun sibuk, dia mendelegasikan ke Titik adiknya yang selalu setia seminggu 3 kali menemani berobat. Sesekali kalau senggang, saya pernah antar atau mampir untuk mengobrol dg warni diantara deretan sahabat-sahabat dia yg lain. Sambil ditherapy (medical herbs di Jakarta), ngobrol banyak dg Therapist-nya, mama Ross dari Papua. Dari obrolan ini beliau cerita, bahwa beliau doktor dari Harvard ahli herbal khususnya tumbuhan dari Papua. Mama ini pernah mengidap kangker payudara stadium terminal juga, tetapi semangat hidupnya luar biasa, sehingga bersikukuh melawan kangkernya dan bisa sembuh total. Saat didalam menemaninya, berkali-kali dia tanya ke therapist: "mama, saya bisa sembuh kan?". Mama bilang, "kamu kesini saat sudah parah sekali, ini ibarat bengkel, mama harus benerin mobil yg sudah rusak, mogok. Jadi memang harus diserahkan sama yang diatas, tapi kita tetap harus semangat sembuh". lalu warni agak marah: "ma, masak mama nggak semangat, kalau mama nggak semangat, gimana saya semangat. Ayo dong ma, yakin saya sembuh, saya jadi juga semangat sembuh". Lalu mama bilang, oke, kita sama-sama semangat ya (6 bulan lalu). Ini pengobatan intensif kedua setelah di Sukabumi. Kekuatan keluarga dan sahabat membuat Warni bersemangat sekali pulih.

Ini makanan yang dikonsumsi, tawar rasa, selalu makan sayur buah dan betul-betul cuma tawar dikukus. Kadang kalau kita nengok, sering kita ledek, "war, makanya sembuh, nih enak kan rendang, mie goreng, somai, dll". Dia paling suka kalau dianggap seperti orang normal, yang sembuh, diledek, diajak bercanda. Tiap mau pulang, sering dia pesan, cepet kesini lagi ya. Sahabat-sahabat sekelasnya dan sekost-nya di Ciputat juga sering menemani hilir mudik di rumah mbak Ikun yang ikhlas mensuport luar biasa saat Warni tengah menjalani therapi.

Saat bu RT Nuri datang, walaupun sakit, Warni bersemangat menjenguk mbak Syarief bersama-sama (2 bulan lalu mbak Syarif sudah pergi selamanya karena jantung). Padahal jarak rumah mbak Syarif di Pondok gede lumayan jauh, tetapi karena becanda sama-sama dengan bu RT dan geng yang ada dalam foto itu, atmosphere dia sakit tak terasa.


Ini saat ditengok kak Amin, Mpok Ipik (Alfiah) dan suaminya, sekalian menyambut bu RT. Ngumpul ramai-ramai menemani Warni makan.

Sebetulnya ada foto yang paling akhir sebelum Warni pulang ke Banjarmasin, saat ada Fatra yang lagi di Jakarta dan menengok bersama-sama juga. Disitu dia sudah merasa bahwa kakinya terasa patah, tidak bisa digerakkan, sehingga harus pakai kursi roda. Tapi pas foto dia pesan: fotonya jangan dilihatin kaki dan kursi rodanya ya, biar kelihatan sehat kalau ditaruh di Angera nanti. (Fotonya sedang dicari).

Selamat jalan Warni.... doa tulus kami. Dua keluarga Angera sudah tiada, Warni dan Wati, keduanya mengidap penyakit yang sama. Semoga kepergiannya membawa pesan untuk kita semua, bahwa kesehatan itu berharga./yc

Label:

Warniaty telah berpulang selamanya.

Innalillah, telah berpulang ke haribaan Illahi, karib kita Warniaty AZ (warga angera, angk 81) hari ini selasa,10-11-09, jam 11 Witeng di rumahnya,Jl Sabadra Komp Arjuna, Jl Manggis blkg poltabes Banjarmasin. Warni telah bertahun-tahun melawan kanker dan dengan penuh semangat melawannya. Tapi kita punya keterbatasan, pada akhirnya Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk hamba yang dicintai-Nya.
Pemakaman akan dilakukan jam 4 sore. Pesan keluarganya, "mohon dimaafkan apabila ada kesalahan". Mohon kirim doa dan sholat gaib untuk mengantar kepergiannya.

Selamat jalan Warni...

(berita sudah di cek angera ke Asmeliardi dan Nina Muídah).

Label:

Minggu, November 08, 2009

Pohon-pohon itu




Flamboyan tempat menari angan
Melinjo tempat menggantung lonceng nasib
Beringin yg sabar menanti kematian
Ketika pohon kian membesar
Ketika pohon kian mengakar
Ketika pohon-pohon itu kian menua
Satu sejarahkah kita dg mereka?
By: Yc

Label:

Rumah Bersejarah

Sedikit oleh-oleh tanpa kata,
wish you enjoy &
make thousand words of memories/yc

Label:

Sabtu, November 07, 2009

Ngobrol2 dengan Guru dan Santri










Guru dan santri merupakan komponen penting dalam sebuah pesantren. Oleh karena itu, berdialog dan bersilaturrahmi dengan mereka menjadi moment menarik yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Dialog mengambil tempat di gedung Mirota (Minggu, 1/11/09) diset dengan formasi melingkar agar suasana lebih akrab dan santai. Ketua Umum IKPP Pusat Agus Sholeh, Direktur MTs, Direktur MA, Syamir, Pak Rajasa, Dadin, Istiatun, Agus, Bu Nyai Ulfah dan Ilyas yang berpartisipasi aktif dalam dialog tersebut banyak mengemukakan persoalan dan gagasan menarik seputar dunia kepesantrenan, pengajaran dan pendidikan. Diantaranya tentang: Website sebagai sarana informasi, publikasi, dokumentasi dan silaturrahmi, Team Teaching untuk mengatasi persoalan sertifikasi, hubungan visi-misi pondok dengan pengajaran, jumlah santri, semangat berhahasa Arab, spirit pondok dan image positif yang perlu digelorakan lagi, dan lain sebagainya.




















Jika dialog dengan guru nampak semangat, maka acara dialog dengan santri (di Masjid di waktu yang sama) lebih semangat dan seru. Entah karena MC/ pembawa acara yang super hebat (kak Imam Santoso) atau karena adik2 santri yang memang pintar, serdas2 dan ceria abis, yang jelas sambutan adik2 santri sangat luar biasa. Mereka berani bercerita, bercurhat-ria, mengemukakan pendapat, mengajukan gagasan dan keinginan2... yang cukup kritis dan positif untuk dirinya sendiri dan tuk pondok tercinta. Kakak alumni yang turut berbagi semangat dan pengalaman di acara itu adalah: Soleh Hasan, Dindin Solahuddin, Hilal, Zahari dan Fatra. Pada umumnya kakak alumni mengajak adik2 untuk memulai segala sesuatu dari "diri kita sendiri"/ ibda' binafsik (seperti yang selalu dikemukakan Kyai Hamam di setiap kesempatan), karena diri sendiri adalah kunci harapan dan mimpi. (bersambung....)/f.

Label: