Sabtu, Agustus 30, 2008

Lagi, Duo Ratu Raja


Shodiq dan isteri

duo-duo ratu. (nuri+istri Shodiq dan Misri+Lily)

Duo Raja; Faiq dan Muslim Kasigama



Ratu bertiga (Fatra, Meimun, Nuri) ini ceritanya mo keluar cari tiket Jogya-Jkt. Oleh Fatra kami dibawa naik Busway. Untuk menuju halte Busway, kami melewati kampus UNY. Asyik juga. Kesempatan itu kami manfaatkan untuk mengabadikannya dilatarbelakangi kampus. Kapan lagi? Yoi, nggak!
Karena kami bertiga, gantian deh motonya.

Cuaaaaaaaaaaaaaaapek!


Coba perhatikan wajah-wajah dalam foto ini. Walau fokus (kecuali Faisal) dan berusaha tetap ceria dan tersenyum depan kamera, namun rona kecapekan tergambar di wajah masing-masing. Kami sedang menunggu pesanan makan siang di salah satu pondok makan di tengah sawah (tolong dong di edit lagi dimana posisinya), Minggu 22 Juni 2008, usai reuni. Semua teman-teman sudah bubar kembali ke tempatnya masing-masing. 

Sebenarnya gambarnya yang goyang atau faisalnya yang teler (kecapekan). Yang jelas kelaperan, lama menunggu pesanan ikan bakar, cumi bakar dan udang bakar. Tapi pas ngerasa sambelnya, hm....faisal seger lagi. Abis, sambelnya uenak banget.

Label:

Sowan ke Uus-Yasrib


Setelah satu hari istirahat di rumah usai reuni, kami (nuri+Meimun) sudah tak sabar mau sowan ke tempat Uus. Niatnya agar cerita hangat di Pabelan masih berasa dan mengalir ke Uus, Miftah dan Yasrib, juga ke anak-anak kami. Dan harapan itu benar-benar tercipta. Begitu banyaknya cerita yang dapat kami jadikan bahan sewaktu reuni, hingga tak terasa malam terus merangkak. Akhir kata, waktu jualah yang menghentikan kami.
Foto di atas Miftah sekeluarga dan Yasrib sekeluarga.

Label:

Duo Raja dan Ratu

Ini lah wajah-wajah "duo ratu dan raja" para alumni kita
yang tak kalah keren - bekennya dengan grup duo artis Indonesia..
Semua unjuk gaya dengan kekhasannya masing-masing.
Ada yang tertawa gembira, ada yang ceria - seram,
ada yang ngantuk teler, ada yang tegang - kaku, ada yang lenggak-lenggok,
geleng-geleng kapala ke kanan- ke kiri, ada pula yang merunduk malu..
Yang pasti semua lebur dalam kebersamaaan reuni dengan segala
kelucuan dan keceriaannya...
Misnawati tertawa manis oleh kelucuan teman-teman kita yang sedang menyanyi
sambil dancing ala kadarnya. Mbak Asmah (Pabelan) juga tak kuat menahan tawa..

Faisal sedang jemur gigi, sedang Tamrin kayaknya sedang tafakur atau terpekur....?..
Asep Gunawan dengan senyum dikulumnya.. sedang menggandeng Kakanda kita Santoso.
Yoyok Sukarti seperti main tebak-tebakan dengan Ida Sa'idah. Mungkin menebak2
apa menu makan siang kita nanti, tahu kotak atau tewel rebus ? semuanya lezat,
karena yang kita makan bukan 'fisiknya' tapi kenangannya..................
Yul (Suryati Maulana) sedang serius memperhatikan MC handal di acara pamungkas reuni...
sedang Maimun menunduk, mungkin sedih sebab pertemuan dan kebersamaan ini
mesti kita akhiri hari ini.... /f

Label:

Ku rindu bersimpuh lagi: Masjid Pabelan

" Sore ini aku “musyrik”, karena “menyekutukan” Sang Dia. Hai Dikau, kali ini Kau punya pesaing, karena rasa aneh yang menghiruk pikuk di dadaku ini. Sekarang bukan Dirimu semata wayang menyemayami totalitasku, karena disaat apel denganMu, mendua yang kurasa. Tapi salah siapa? Aku tak meminta rasa ini, tapi aku menikmatinya! Untung segera ada lagu “Tulil”, begitu Hetty menyebutnya. “Ilahi lastu-lil firdausi ahla, walaa aqwa ala naaril jahiimi”. Syair Abu Nawas yang rintih lirihnya bikin nyawa menunduk: “Tuhan aku tidak layak jadi penghuni Surga Firdaus, tapi aku juga tidak sanggup dengan siksa api neraka”. Syair ini menetralkan musrikku...aku menengadah menikmati temaram sore, membiarkan matahari redup beristirahat, kumanjakan diri melihat daun kelapa menari menjentikkan jari-jari ujung lidinya, kusapa dengan mata ramahku kepak burung terbang di atas kubah masjid itu dan aku biarkan diriku bercengkerama bisu dan hangat dengan penghuni langit di atas sana, bertanya.. Ada apa ini? Ada apa ini?"(cuplikan cerpen santrinova Yuni ch)



Seluruh foto ini adalah koleksi arsip award Agakhan dan juga dipublish di Arch-net (web akademik arsitektur). Thank to Eric Roos to tell me this pages. (Eric adalah peneliti ttg arsitektur Islam di ISIM, teman sekantor. Dia sangat fasih ttg sejarah masjid dunia dan juga di Indonesia. Dalam Archnet lingkaran ini, menurut dia disebut bahwa masjid Demak yang konon tiangnya dimitoskan dari serpihan kayu, itu tidak benar!!).

Label:

Ucapan dari MM (Miftah-Meimun)

Jumat, 29 Agustus, 2008, 10:21 PM, topik : met puasa

Ass. teman2... Pa kabar?
Ramadhan kan menjelang. Barang siapa bergembira dengan datangnya Ramadhan, maka jasadnya akan dijauhkan dari api neraka. Marhaban ya Ramadhan...Marhaban Yang lebih baik dari seribu bulan...
Kami sekeluarga mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT. Amin.........

Dari: Meimunah SM dan Miftah Syarief

Label:

Jumat, Agustus 29, 2008

Humor Poligami

"Filosofi" Poligami
Mumpung lagi hangat soal poligami, ada sebuah joke dari KH Yusuf Hasyim, paman Gus Dur yang biasa dipanggil Pak Ud tentang “filosofi” orang berpoligami


Pak Ud mengatakan, "Kalau kita berniat poligami, jangan berfikir dengan kepala atas, karena tidak akan jadi. Tapi kalau berfikir dengan kepala bawah, pasti jadi”. (antara)

Doa Suami Yang Berpoligami

Sebagai seorang suami beristri dua memang dituntut bersikap adil tidak hanya kepada istri pertama tapi juga pada istri keduanya. walau kadang-kadang sering disalahpahami dan dipahami secara salah oleh suami maupun istri.

Begitulah kira-kira yang terjadi pada pak munir saat melakukan haji dengan kedua istrinya. kebetulan istri pertamanya bernama fatimah dan istri keduanya bernama khasanah. saat panas terik menyengat ketiganya bergegas menuju Multazam sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa.

Dengan khusyuknya Pak munir dengan kedua istri di sebelahnya menengadahkan tangan berdoa panjang lebar. untuk mengakhiri doanya pak muinir memimpin doa sapu jagat

"robbana atina fiddunya khasanah wa fil akhiroti khasanah wa qina ...."belum selesai doa istri pertamanya menyela.

"mas, kok hanya si khasanah yang disebut sedang aku nggak,mentang-mentang dia istri muda. ini nggak adil namanya" kata fatimah ketus

Karena bingung bagaimana menjelaskannya akhirnya pak munir meralat doanya

"robbana atina fiddunya khasanah wa fil akhiroti fatimah wa qina 'adzabannar"

Cat. Diambil dari Gemericik.www.gusmus.net

Label:

ISTANA ANGERA DI ITALY

Pengalaman lucu, suatu kali lagi googling : "angera", pas awal kita baru punya blog angera. Untuk ngecek, sudah nongol di google belum kata angera. Wow, ada!! senangnya hatiku.... lalu aku klik kata itu...eh..yang muncul kok malah gambar istana di puncak gunung karang yang menjungkit di tepian danau cantik. Lalu aku telp temen-temenku dari Italy (yang tinggal di Belanda). Do you know "angera?". Mereka heran: "angera? what is that". Aku jelasin: "Thats angera! the name of a castle beside the nice lake. How come you dont know this place?". Dengan nada agak kecewa mereka bilang: "Sorry..I dont understand..I have never heard about angera". Dalam hatiku, ini orang Italy kuper banget yak! Masak nggak tahu wilayahnya sendiri! Lalu aku kirim email menulis kata angera. Trus salah satu dari mereka nelp bilang: "Oh my god..thats Angera, I knew it". Aku masih heran: "Why did you tell me that you dont know it?". Temenku ngekek ngledek: "Since you said Angera, the way we pronounce is Anjeeera.... ". ha..ha...ha...Jadi tulisannya sama, mbacanya yang beda sodara-sodara, makanya kawan-kawanku nggak mudeng!

Kedua panorama diatas adalah suasana castil Rocca yang sangat terkenal di bukit karang Angera. Castil ini ditepi telaga Maggiore. Letak Angera ini sebelah barat laut kota Milan atau Milano (Italy utara). Sekitar 1 jam dengan kendaraan darat.

Ini suasana interior castil tua yang dibangun th 1000-1500an. Cukup tua juga ya sejarah Angera Italia? Kalau Angera Pabelan masih muda...eh, tua juga, udah 27 tahun sejak 1981.

Ini email dari kawanku yang sangat helpfull ( kalau mau tahu lebih detail tentang Angera ) Italy:
"Angera? It’s a little town on the Maggiore lake in the north west part of italy (it’s not too far from my place). famous with its “rocca” , castle, in a strategic position overseen the lake, built during the period:1000-1500. I haven’t been there for long time! Angera is a town located in the province of Varese <http://en.wikipedia.org/wiki/Province_of_Varese> , in the Lombardy <http://en.wikipedia.org/wiki/Lombardy> region of northern Italy <http://en.wikipedia.org/wiki/Italy> . In Roman times, under the name of Angleria, it was an important lake port and road station. Today its major feature is the Rocca, an imposing castle of very ancient origin. The area offers good wines and lovely panoramas over Lago Maggiore<http://en.wikipedia.org/wiki/Lago_Maggiore> ".


(Note: All pictures are from googleimages)

Label:

Kamis, Agustus 28, 2008

Menengok Jamilah Tegal Yang sakit

Oleh Umi Salamah (Mamah)


(Note dari Angera: Sejak beberapa minggu lalu Mamah berusaha kirim foto tentang Jamilah yang sedang sakit, ini kali kedua, tapi fotonya tidak bisa dibuka). Foto akan kami susulkan (moga-moga Mamah tidak frustrasi kirim lagi). Yang penting ini beritanya dulu ya..)





Keterangan foto, ini foto waktu reuni, tetapi Mamah punya foto tentang kunjungan mereka ke rumah jamilah, akan di upload menyusul. Ini keterangan dari Mamah: "Atin dan Nurkhikmah ketika kunjungi Jamilah di rumahnya, kunjungan tersebut membawa amanah dari “ANGERA” dengan menyerahkan titipan berupa dana untuk tambahan biaya berobat (Jamilah mengucapkan terimakasih untuk teman-teman atas perhatian dan kepeduliannya)


(note Angera, ini foto sementara saat Jamilah masih di Pabelan, kalau dapat foto susulan tentang kondisi sakit Jamilah dan keluarga, akan kami upload lagi)

Keterangan Foto (catatan dari mamah): Jamilah bersama suami dan anak ragilnya (kedua), beberapa bulan yang lalu kondisi Jamilah terkapar diatas kasur selama sekitar dua bulanan, tetapi dengan kasih saying suami (Agus) yang telaten merawatnya, sekarang Jamilah sudah bias berjalan meskipun kaki sebelah masih belum normal dan sebelah tangannya sudah mampu melakukan aktifitas seperti menyapu dan lain-lain

Label:

PENTAS MUSIKALISASI PUISI ATMAMIYAH & KELUARGA

Rabu (malam Kamis) 27 Agustus 2008 di Taman Budaya Yogyakarta,
teman kita St. Atmamiyah (alumni santri Pabelan th 80) dengan suami dan anaknya
menjadi primadona dalam acara lounching album musikalisasi puisi yang digelar dari
sore (diskusi sastra) sampai malam (musikalisasi dan pemutaran film).
Disela-sela kesibukannya sebagai guru di kampung halamannya Tulung Agung Jawa Timur
dan ibu rumah tangga, Atmamiyah mengekspresikan berbagai perasaannya (sayang, kasih,
marah, sepi, rindu, cinta, dll.) dalam bentuk puisi. Uniknya, ekspresi puitik ini
mendapat "jawaban" dari orang-orang tercinta di sekelilingnya (suami/ Irwan dan anak / Zeffa).
Suaminya, dengan "keterbatasannya" (tapi semangatnya yang tak terbatas.... ) seperti menemukan "eksistensinya" pada cinta yang ditebar seorang Atmamiyah setiap waktu... baik secara langsung atau tidak, (karena keduanya tinggal di tempat yang berjauhan, Irwan di Jakarta, Atmamiyah di Tulung Agung). Maka jadilah komunikasi mereka semacam dialog puitik yang menembus jarak, ruang dan waktu. Hari-hari mereka adalah puisi. Lewat puisi, masing-masing mengungkapkan segenap kedirian mereka. Buku kumpulan puisi mereka yang dimusikalisasi oleh para budayawan dan seniman adalah awal episode dialog cinta mereka. Dan malam itu, kita teman-teman alumni Pabelan (yang tinggal sekitar Yogya beserta segenap masyarakat Yogya pencinta puisi lebur dalam rangkaian acara "Seribu Buku untuk Tuna Netra".
Malam itu menjadi malam "berbagi";
bahwa kita semua adalah sama, sama-sama memiliki keterbatasan....



Seniman mendendangkan puisi - puisi "Angin pun Berbisik"

Noe (Letto) yang keren..

Noe (dengan Letto - nya),
yang malam itu sangat dinanti - nanti,
membaca dan menyanyikan puisi...
membuat semua terpaku dalam "cahayaNya....."


Opi dan Vidya (junior Fatra) nampak kegirangan berpose dengan Noe,
sampe2 hasil fotonya buram karena juru potretnya grogi lihat Noe sang artis tenar.

(ini copy foto yang oleh penyusup dicoba diedit saturation/pencahayaan, biar agak jelas dikit, tapi gak signifikan juga bedanya)

Nurhayati tak mau ketinggalan kereta. Ia datang membawa rombongan
Pabelan untuk menikmati acara malam itu. Biasanya ia (dengan para ustazdah Pabelan lain), hari demi hari diisi dengan rutinitas mengajar dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk Pesantren kita tercinta. Kali ini ia ingin menghirup atmosfir lain di Taman Budaya dengan harapan mungkin akan ada spirit baru
yang dapat dibawa ke Pabelan..


Atmamiyah sekeluarga
berfoto dengan fansnya


Teman-teman sekitar Yogya berbaur dengan rombongan Pabelan yang datang berbondong-bondong ke Taman Budaya Yogya untuk menyaksikan sahabat kita meluncurkan album musikalisasi puisi. Malam itu seperti reuni kecil alumi Pabelan,
penuh tawa ceria gembira... Mbak Istiatun, Mbak Asmah, Mbak Zur'ah,
Mbak Mang (Maria), Evi, Nurhayati, Atmamiyah, Fatra, dll.
(Lily sekeluarga datang juga tapi terlambat, maklum bisnis dulu, hehe).

Label:

KADO KECIL dari Akang Bandung

Karya : Cecep Suheli Bandung

KODO KECIL*

Penyair-penyair muda saat ini
Berada di serambi puisi
Karena untuk memasuki rumah ini
Bukan dengan anyaman kata-kata

Tetapi dengan percikan-percikan orgasme yang keluar dari persetubuhan
Ya Persetubuhan

Ada yang telah berhasil memasukkan sebahagian raganya
Namun tidak bersama jiwanya
Keluarlah ia
Karena terganggu oleh hingar bingar politik
Carut marut ekonomi
Dan jeritan anak-anak yang tak bisa diobati dengan kontemplasi


Penyair penyair muda saat ini menggedor-gedor pintu puisi
Ada yang mencongkel jendelanya
Ada yang memanjat dan memecahkan gentingnya
Ada yang ingin rame-rame membakarnya


Namun hijab teramat kuat
Dan hanya mampu ditembus oleh pengembaraan batin
Ya Pengembaraan batin


Saudaraku,
Penjaga rumah yang angkuh itu
Telah mempersilahkan masuk
Namun tidak membukakan pintu
Kaulah yang harus membukanya.


(puisi ini diposting via jendela komentar Angera untuk posting undangan peluncuran buku Anginpun berbisik dari mbak Mamiek. Kami upload takut ada yang terlewat membaca. Yang bener Kodo kecil atau kado kecil nih kang Cecep?) /y

Label:

Ha..ha..ha...(Kabar dari Semarang)

"...........kaciaaaaaaaaaannnnnnn deeeeeehhhhhhh........aQ sm mb Ikun lg ngmpl neeeee d smg........MAAAAAAAAAFFFFFFFFF yaaaaaaaaaaa..........heee5555555........lv uuuuuuu........Q kgn cekali sm drmu sayyyyy.......Oia .......da kbr dr mb ........., si..........., dan mb............... (3 org) , gr2 d blog.....QT DI SANGKA MARAHAN......heee555555....wah b'arti Qt b'hsil dong bwt orng jd PANAAAAAASSSSSSS.......heee555555....." (buat ye u en dr em i es)

Label:

Selasa, Agustus 26, 2008

UNGKAPAN SANTRI

Beberapa teman kita, diantaranya Tarwoco menulis beberapa kenangan cerita lucu
sewaktu nyatri di Pondok Pesantren tercinta kita, salah satunya cerita berikut ini:

Prolog dari Tarwoco:
Di rumah (pondok) kecil berdinding bambu depan masjid tua itu, aku tinggal berhari-hari bahkan ngoyot sampai tujuh tahun, di bawah rindangnya flamboyan,
merahnya mekar menawan....
Kenangan itu selalu terbayang, siang, malam, pagi dan sore....

GAUS SAHABATKU
Oleh: Abdul Hamid Tarwoco

Nama ini selalu ku ingat, karena kasus Kang Gaus ini yang menjadikanku dikenal oleh keluarga Kyai. Saat itu kita bertemu dengan beliau (Kyai), kaki ini jadi gemetaran, tidak bisa bilang apa - apa, meski karena kegoblokan kita saat itu.
Sore itu, aku telah necis dengan uniform santri putra, tentu baju rapi, sarung lengkap dengan ikat pinggangnya, kopiah, sajadah tak boleh ketinggalan. Kalo ketinggalan bisa berabe deh bagi santri sepertiku, bisa digebuki. Ketika itu, aku berjalan santai menuju ke masjid untuk solat Magrib berjamaah. Tiba-tiba datang si orang hitam dari Timur lantas ngece (menghina). Aku pun menunjukkan perlawananku. Ku buang saja sajadah orang itu di depan workshop. Dia langsung njotosku (memukulku). E..e, kena mataku sampe (seakan) jatuh ke tanah. Mataku jadi sakit dan jadi perhatian banyak orang. Akhirnya aku pergi berobat ke Dokter Was'an (Muntilan). Sepulangnya dari dokter, di jalan menuju Pondok, ketemu Pak Kyai dan Bu Nyai yang ketika itu entah mau pergi kemana (naik VW) yang melihatku dengan mata lebam. Saat itu beliau / Al-Magfurlah menyapa dan menganalku dengan sebutan khas "Tarwaca anakku". Panggilan itu selalu beliau ucapkan setiap kuliah subuh. Sampai saat ini, panggilan dan kata-kata beliau itu selalu terngiang di telingaku dan menjadikanku rindu pada Beliau Sang Kyai....

UNDANGAN PELUNCURAN BUKU ATMAMIYAH

Assalamu'alaikum
Rekan-rekan Pabelan (di Yk dan sekitarnya),
Salam hangat...
Aku mengundang hadir kepada teman-teman
dalam acara peluncuran album musikalisasi puisi
"Angin pun Berbisik" karya Atmamiyah
(alumni Pabelan angk th. 80, dengan tim: suami dan anak)
yang dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Agustus 2008
di Gedung Sosited Taman Budaya Yogyakarta.
Ada pun rangkaian acaranya sebagai berikut:
Pukul 15.00 - 17.00 Wib acara Diskusi Sastra "Angin pun Berbisik"
bersama budayawan Bakdi Sumanto.
Pukul 18.30 - 20.00 Wib acara Musikalisasi Puisi oleh Band Letto dan Lounching Album.
Pukul 20.00 - 22.00 Wib acara Nonton Bareng Tunanetra, film "Naga Bonar Jadi Dua."
Undangan terbuka untuk umum (rekan dan keluarga).
Atas kehadirannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalam
Atmamiyah, Irwan dan Zeffa.

Label:

Minggu, Agustus 24, 2008

Jangan biarkan karib Warni melawan kangker sendiri!!!


Kawan-kawan semua. Sobat kita Warniaty AZ, Banjarmasin saat ini sedang menjalani perawatan di Sukabumi setelah setahun lebih berjuang melawan kangker payudara yang sudah stadium lanjut. Pasti keluarga dan orang-orang dekatnya sudah berjuang untuk mensuport dia... juga selama ini lingkaran sobat-sobat dekatnya juga pasti sudah memberi perhatian. Tapi rasanya sudah saatnya kita para alumni secara lebih luas juga memberikan dukungan ke dia, dalam bentuk doá, kalimat penyemangat atau juga dukungan finansial.
1. Untuk dukungan moral, silahkan klik "komentar"di ujung tulisan dibawah ini (sebelum gambar amplop, ketik, lalu pilih URL dan kirim), atau kirim email ke: angera81@yahoo.com. Nanti dukungan teman-teman akan di print dan disampaikan ke Warni.
2. Untuk dukungan finansial (karena biaya pengobatan di Sukabumi ini cukup mahal), dukungan kawan-kawan,bisa ditransfer ke rekening Angera : Misriaty Logika (HP. 08156584567), BCA KCU Semarang. No rek: 0094 891198.
Kami akan berikan laporan keuangan ini ke Warni dan diumumkan di Angera (bagi yang namanya tidak ingin disebut/diumumkan, silahkan beritahu ke Misri). Silahkan disebar kekawan lain.
Sekian.... dan terimakasih.

"Cinta dan perhatian adalah obat termahal yang ajaib bisa membantu menyembuhkan".

Salam kami.

Maaf, pengumuman ini baru bisa dimunculkan sekarang, karena kami harus mendapat persetujuan dari Warni (via sobat-sobat dekatnya), juga pertimbangan dari keluarga dan lingkaran dekatnya. Tapi secara informal, sejak Warni sakit, kami dari segelintir alumni berusaha untuk memberi perhatian secara individual dengan bentuk yang beraneka ragam.

Label:

Sabtu, Agustus 23, 2008

Cerita Lucu

Ciuman Pertama di Pabelan

Judul di atas pasti membuat teman-teman berfikir negatif, bukan? Boleh sih, jika tak ada keterangannya. Ciuman seperti apa yang dimaksudkan. Apakah ciuman dua insan yang berbeda. Ember! (emang bener). Wah....pasti makin ke sono-sono nih. Masak yang beginian diceritakan di blog Angera yang notabenenya santri? Ups! Tunggu dulu. Jangan negative thinking gitu dong. Untuk mengetahui ciuman pertamanya seperti apa, makanya friends... ikuti cerita di bawah ini dengan seksama tentunya. Eit, jangan lupa juga sambil membayangkan situasi dan kondisi pondok saat itu. Begini ceritanya.........

LIBURAN pertengahan tahun di pondok sangat sepi. Kebanyakan teman-teman yang berdiam di daratan Pulau Jawa, dari Barat sampai ke Timur, semuanya pulang kampung, menemui keluarganya masing-masing. Sedangkan santri yang tinggal di pondok bisa dihitung dengan jari. Mereka itu adalah santri yang berasal dari luar Pulau Jawa. Itu pun banyak juga yang menikmati liburannya di luar pondok. Bisa ke tempat saudara yang berada di Pulau Jawa, atau ada juga yang mengikuti teman.
Sementara saya? Saya yang berasal dari Pulau Sumatera nun jauh di sana, tepatnya Pekanbaru Riau, mana bisa pulang kampung? Selain biaya, juga waktunya cukup singkat. Kalau tak salah liburan pertengahan itu hanya 10 hari. Dipotong masa perjalanan, sekitar 4-5 hari pulang pergi naik bus, maka liburan yang tersisa yang bisa dinikmati bersama keluarga hanya 5 hari. Alamak....dengan waktu sesingkat itu terlalu banyak ruginya. Karena itu lebih baik di pondok saja, sambil menikmati kesunyian dan ketenangan pondok.
Oya, mungkin perlu juga dijelaskan, tahun 80-an, penerbangan tidak seperti sekarang ini, relatif murah dan mudah didapat. Dari Jakarta terbang ke seluruh penjuru Nusantara ada, bahkan dalam sehari seperti makan obat alias sampai dua atau tiga kali penerbangan. Pasti semua setuju dengan semua itu, apalagi yang berasal dari luar Jawa. Tidak mudah bukan untuk mencapai Pabelan? Tapi dengan tekad dan niat, semua serasa dekat dan nikmat.
Sebagai gambaran lamanya perjalanan Pabelan-Pekanbaru, sekalian memutar kembali ingatan saya waktu itu. Dari Pabelan ke Jogya naik kereta api atau bus Jogya-Jakarta satu malam. Kalau kebetulan naik bus langsung ke Pekanbaru, hanya sebentar transit di Jakarta, kemudian meneruskan perjalanan ke penyeberangan Bakahuni. Biasanya di wilayah paling ujung Pulau Jawa ini tidak bisa menunggu satu atau dua jam. Kalau kebetulan kapal veri sedang parkir dan masih ada tempat, berarti itu merupakan kemujuran, tidak terlalu lama menunggu. Kadang harus menunggu kapal dari seberang datang atau harus antre lagi ke kapal berikutnya. Kadang bisa sampai dua tiga jam menunggu. Itu baru mau nyebrang. Selama nyebrang paling cepat memakan waktu dua jam. Tambahkan saja berapa jam baru sampai ke daratan Sumatera. Selanjutnya dari Lampung ke Pekanbaru paling cepat dua hari dua malam. Itu juga kalau jalannya mulus, mesin bus tidak rusak. Kalau ternyata sebaliknya? Akan bertambah lama rentang perjalanan.
Oke. Kita kembali ke pondok. Untungnya kakak pendamping tidak boleh ikut libur. Mereka harus menunggu pondok sekaligus menjaga kita-kita yang tak pulang ke rumah. Saya ingat saat itu, pendamping kami Kamar Nusa Indah di komplek gedung Alamsyah, Mbak Yayah dari Solo, Mbak Khotijah dari Semarang dan beberapa orang lagi mbak-mbak pendamping yang saya lupa namanya. Saya memang tak sendiri. Masih ada Meimun saudara sepenanggungan karena kami sama-sama dari Pekanbaru. Lebih dari itu, kami pun tetanggaan. Jarak rumah kami tak sampai satu kilo, mungkin juga setengah kiloan. Yang jelas di Kamar Nusa Indah itu yang saya ingat, hanya saya dan Meimun, santri yang tak pulang. Bisa jadi ada teman lainnya, tapi saya lupa. Yang saya ingat lagi di kamar tersebut berpenghuni tujuh orang. Berarti selain kami berdua, lima lainnya mbak pendamping, dong! Bisa jadi.
Begitulah. Sebagai santri baru (enam bulan pertama) berada di pondok, saya sudah diserang si jarban. Katanya, si jarban (penyakit gatal-gatal) ini merupakan penyakit santri. Kalau belum diserang si jarban, belum sah menjadi santri. Dan lucunya, pemeo ini ada di mana-mana, khususnya di pondok-pondok. Ya, terserahlah. Saya sebetulya sangat tersiksa dengan kehadiran si jarban ini yang mengendap di bagian punggung kaki kanan saya. Kehadirannya selalu membuat tangan saya menari-nari menyapanya. Saya tak bisa tenang.
Malam itu, rembulan bersinar terang. Cahayanya sampai ke kamar, masuk melalui kisi-kisi jendela kamar dan ada juga memantul melalui kaca. Walau tanpa lampu penerangan, suasana kamar tidak gelap gulita. Bias cahaya rembulan masih mampu menerangi ruangan kamar Nusa Indah.
Mungkin karena sepi dan tak adanya aktivitas, para penghuni kamar sudah siap beristirahat. Kasur digelar sesuai dengan jumlah penghuninya yang hanya tujuh orang. Posisi tidur kami persis dekat pintu masuk sebelah kanan. Kebetulan saya tidur paling ujung dan di sebelah saya, Meimun. Di samping Meimun para mbak pendamping.
Gara-gara si jarban, saya tak bisa memejamkan mata. Saya terpaksa ''bercumbu'' dengannya melalui punggung kaki saya. Tapi seingat saya, saya menikmati si jarban itu. Sambil membelai kaki tempat si jarban mengeram, pikiran saya pun menerawang entah kemana. Situasi itu makin membuat saya tak bisa tidur. Saya sadar sesadar-sadarnya.
Dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba saja pintu yang jaraknya hanya sekitar satu meter dari badan saya, terkuak. ''Kret....'', bunyinya agak lemah. Terang saja saya kaget. Karena pintu itu ternyata dibuka oleh seseorang, bukan dari dorongan angin. Apalagi malam itu angin cukup bersahabat, tak mungkin dia mampu mendorong pintu yang tertutup walau tidak dikunci. Tak lama, muncul sebuah bayangan tinggi (apalagi saya melihatnya dalam kondisi berbaring) memasuki kamar. Saat itu juga secara spontan saya langsung merubah posisi. Tapi bukan dari posisi telentang ke arah samping atau tengkurep. Tapi saya hanya menurunkan kaki kanan saya yang sedari tadi bertopang di lutut kiri saya. Saya tak sempat merubah posisi tidur sekedar mengelak pandangan dari bayangan manusia yang masuk. Selain menurunkan kaki, yang berubah itu denyut jantung saya yang tiba-tiba berpacu tak menentu. Dalam ketakutan, kegalauan, saya tetap berusaha diam, sambil memicingkan mata. Walau takut saya tak mau memejamkan mata. Saya juga ingin tahu, apa gerangan yang sedang terjadi. Ekor mata saya terus mengikuti langkah kaki si penyelinap. Pikiran saya pun jadi tak menentu, mencari tahu apa yang akan dilakukannya. Hendak malingkah dia? Saya melihat tamu tak diundang itu menuju lemari, yang kacanya sudah pecah ditinju teman asal Kupang, NTT, Rugaya, ketika sedang ''kerasukan''. O, ternyata dia tidak membukanya tetapi malah menghadap ke arah kami yang tidur, tepatnya di depan mbak-mbak pendamping. Dalam pikiran saya terus bertanya, ''mau apa orang ini sebenarnya''? Mengapa dia memperhatikan kami-kami yang tidur bukannya melakukan aktivitas yang lain, misalnya menggeledah lemari? Sejenak dia berdiri memperhatikan kami, dia pun melangkah mengarah ke pintu. Ada perasaan agak lega karena berharap tamu gelap tersebut keluar.
Eeeee.....ternyata dia malah berdiri di samping saya! Adrenalin saya kembali berpacu. Harapan yang baru saja tumbuh, sirna. Apalagi ketika dia mulai jongkok, saya semakin panik, takut!!!! Jangan-jangan dia penjahat, pembunuh atau pemerkosa. Semua pikiran itu bercampur aduk. Eeee...ternyata lagi dia mendekati Meimun yang tidur di samping saya. Saya tak tahu apa yang dimauinya. Saya hanya mendengar lenguhan Meimun yang merubah posisi kepalanya. Gerakan Meimun ini mungkin membuatnya takut, lalu menarik tubuhnya. Tapi.....ternyata lagi, dia langsung mau mencium saya. Belum sempat saya merubah posisi kepala, tiba-tiba Mbak Khotijah tersentak bangun dan berteriak. ''Siapa itu!''.
Saya yang dasarnya sadar baru berani dan ikut berteriak ''maling'' (maling bibir, maksudnya). Dengan beraninya saya mengejar dia yang lari ke arah berdikari dan langsung menghilang di bawah pohon pete menuju kampung. Tapi sampai di ujung Berdikari kami tak berani lagi mengejar dan membiarkan si ''maling'' itu menghilanag di kegelapan malam. Tapi, suasana malam itu jadi heboh. Penghuni kamar lainnya, Bougenvil, Wijaya Kusuma dan Berdikari keluar. Semuanya ingin tahu apa yang baru saja terjadi. Termasuk kakak-kakak di utara dan malam itu juga mencari tahu siapa yang telah menyelinap di kamar puteri tersebut.
Malam itu, seingat saya, saya malah jadi bahan tertawaan. Dengan lugunya saya bercerita apa yang terjadi sampai si penyelinap sempat menyentuh mulut saya. Tapi suer!!!!!!!!!!Dikit aja, lho.
Keesokan harinya, kejadian malam itu menjadi bahan pembicaraan. Yang pada akhirnya, ketahuan siapa yang telah nekad memasuki kamar puteri. Kalau tak salah namanya Salahudin dari Palembang. Ceritanya, malam itu, dia bersama Asnawi (sama-sama dari Palembang) habis nonton. Entah di Muntilan tau di Magelang. Mereka duduk-duduk di beranda Perpustakaan. Sejenak, Salahudin pergi. Mungkin masih terpengaruh dengan film yang dia tonton, dia tak bisa menahan hasratnya, dan langsung memasuki kamar puteri. Bisa jadi juga dia sudah berusaha di kamar-kamar lain. Tapi karena terkunci dan pas Nusa Indah tidak terkunci, dia berhasil. Tapi yang terpikir oleh saya sekarang, kelihatannya si tamu gelap ini pandai mencari mangsa (atau memang sudah dipilihnya?) yaitu Meimun. Nah lho, Mun....ingat-ingatlah, pernah ditaksir ngga atau memang sudah pernah kenalan dengan pria yang satu ini, atau dia sudah curi pandang tapi meimun tak tahu???????(Nurizah Johan)

(cerita ini ditulis di Pekanbaru, 23 Agustus 2008. Dibuat sekedar mengingat nostalgia dan kejadian lucu di pondok. Mudah-mudahan pelaku sejarah lainnya membaca cerita ini, seperti mbak-mbak pendamping, khususnya.)

Label:

TRIO KWEK-KWEK


Kalau ini trio apa, ya? Nuri, Mas Aris, Fatra.

Trio Tegal, Apip, Atin dan Nur Hikmah

Trio Banjar; Fauny, Fatra dan Ramli


"Oh Pondokku" goresan Nina Muídah

Oh Pondokku tempat naung kita
Dari kecil sehingga dewasa
..............
...........

Dulu tidak sedikitpun terpikir dalam kepala kanak-kanakku untuk menimba ilmu di sebuah pesantren. Jika kemudian aku tercatat sebagai seorang santri, itu tidak lain karena kemauan ayah. Waktu itu yang kupikirkan adalah bagaimana membuat ayah senang.
Mula-mula aku nyantri disebuah pesantren di Jawa Timur. Hari demi hari kujalani kehidupan ala pesantren tanpa interst apa-apa, aku bahkan tidak pernah mengukur apakah aku cukup betah atu tidak. Yang kutahu adalah hidup harus kujalani, dan aku cukup bahagia bisa bikin orang tuaku senang dengan kepatuhanku.
Hanya setahun aku disana, atas saran ayah pula aku hijrah ke Pabelan. Sekali lagi aku harus pindah. Ya, aku senang aja karena kupikir langkahku menapak diatas daratan pulau Jawa akan lebih panjang. Tadinya hanya di Jawa bagian timur, sekarang sudah Jawa agah ke tengah (hahahahah...dasar polos dan lugu)
Ternyata di Pabelan, masa belajarku sudah setahun di pesantren sebelumnya, sama sekali tidak dihitung. Aku harus rela duduk dikelas satu lagi. Kesan pertamaku ketika tiba di Pabelan adalah sholat di masjid. Waktu itu aku agak keberatan menghamparkan sajadah diatas pasir Pabelan yang lembab (karena habis hujan). maklum sajadah di tanganku adalah satu-satunya sajadah terbaik yang dimiliki oleh keluargaku waktu itu. Terus terang aku iri dengan santri putera yang bisa menggelar sajadahnya dimasjid tanpa harus takut sajadahnya kotor. Belakangan aku baru mengerti kalau sholat dihalaman masjid (tepatnya didepan kamar Ancient) itu., justeru menjadi sisi paling berkesan di kalangan para santri puteri. Betapa tidak, sekian menit menunggu qomat, sambil mendendangkan syair abu Nawas nan syahdu, kita bisa menyapukan pandangan ke segeap penjuru, sambil mengabsen teman-teman santri putra yang datang satu persatu. Selain itu, saat pengumuman kamar terbersih, duhhh!! ada kebanggaan tersendiri bila yang dimaksud kamar terbersih itu adalah kamar kita.
Hal lain yang tidak kalah indahnya adalah kegiatan gotong royong angkat batu dari kali Pabelan ke lokasi yang akan dibuat bangunan baru. Wow..! pasti heboh. Hampir tidak pernah terdenagr ada santri yang ogah-ogahan...(to be continued)

Banjarmasin, Mei 2008*
(*tulisan ini sudah diberikan sejak Mei kepada salah satu anggota Angera, tetapi saking ati-atinya nyimpen takut ilang sampai susah terlacak. Eh..ketemu juga akhirnya. Alhamdulillah).

Label: ,

Rabu, Agustus 20, 2008

Yuni payyyaaaaaahhhh.....

Yun sebagai sahabat,
Aku tak meragukan kebaikanmu
Tak kuingkari ketulusanmu
Gak kupungkiri jasamu
Bahkan bahasamu tak pernah bisa kudebat.

Tapi...............
mengapa teganya memperlakukan Misriku
sampai sedemikian rupa
Hingga email padaku
Dan aku hanya bisa menangis huk....huk....huk....dan tertawa ha..ha...ha...

Dan biar aku tak menangis dan tertawa sendiri (ntar dikirain pasien RSJ), maka aku posting juga email Misri ini.

Lik.....kurang ajar Yuni tu.....Q krm email k dy n Q suruh FW k tmn2 kq mlh d mskke neng blog.....
dasaaaaarrrrrr......klo ini sih malu2in waris.....he5555555.........wes payah2......
wes g bs d prcy lg deeehhhhh.......he5555555......
Gmn Lik kbrmu?????.....ud jd d kiret kn?????? Q sengaja g ksh kbr k tmn2.....tkt Lilik g nyaman....
ok gtcu aj say......lv uuuuuuuu.........(ly)

Label:

Selasa, Agustus 19, 2008

Sayembara mendapatkan "Misri"



Ini ada email dari (19 Agt 08) Misri tentang Ramadhan. Isinya mulia banget, tapi tulisannya bikin kita harus segera ke optik atau beli panadol. Nah, kita bikin aja sayembara, yang bisa baca dengan baik bisa mendapat hadiah Misri, pokoknya siap dibawa pulang!! Nggak banyak prosedur, paling nego aja sama suami dan 3 pendekarnya. Kami Angera ikhlas kok...

Jawaban/komentar tinggal klik kata "komentar" diujung artikel ini, pilih yang URL ya..


Hi sobat2Q semuuuuuaaaaaa..........
Bentar lagi ud mw memasuki bln puasa.....bln yg suci.....bln yg Qt tggu2......bln pnh berkah....rahmat.....jg ampunan....... klo da salh2 kt slm ini...... Q yg psti bnyak dosa sm kalian pa lagi sblm reuni Q mgkin bnyk melakukan dosa disana sini..banyak merayu suami2 org......maksa2 minta donasi....he55555555......AMPUNILAH AQ....... LAHIR BATIN......Q g mw lo klo terpaksa....tp ttp Q paksa harus MEMAAFKN.......he55555555......[ piyeeeee tooohhh jawaneeee......] perlu kalian tw itu Q lakukan krna amanat dr tmn2......yg asal aja menunjuk aQ jd bendahara.......tp yaaaaa ahirnya enjoi aj krn ahirnya bisa ketemu banyak temen......benernya aQ manusia ALIM SEDUNIA......tp demi tmn2 Q berubah jd ISTRI SHOLEKHAH........he5555555......yaaaaaaa ampuuuunnnnnn mg2 Allah mengampuniQ.......amiiiiiiinnnnnnnnnn........... "SELAMAT MENIKMATI JAMUAN ALLAH.........MARHABAN YAAAAAA RAMADLAN"
M O H O N M A ' A F L A H I R n B A T H I N Salam sayang n persodaraan jg kangen bwt kalian semua..................LV

Label:

Nasehat Sang Kyai

Mungkin bisa kita jadikan pengingat, minimal buat diri kita
amin....

Di suatu subuh dalam masjid di sebuah pesantren terdengar percakapan antara seorang Kyai dengan para santrinya

Kyai : " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?”
Santri 1: " Orang tua "
Santri 2: " Guru "
Santri 3: " Teman "
Santri 4: " Kaum kerabat "
Kyai: " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat
dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang
bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185)”.

Kyai : " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Santri 1 : " Negeri Cina "
Santri 2 : " Bulan "
Santri 3 : " Matahari "
Santri 4 : " Bintang-bintang "
Kyai : " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar
adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita
tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus
menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Kyai : " Apa yang paling besar di dunia ini ?"
Santri 1 : " Gunung "
Santri 2 : " Matahari "
Santri 3 : " Bumi "
Kyai : " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah
HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan hawa nafsu
kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

Kyai :" Apa yang paling berat di dunia? "
Santri 1 : " Baja "
Santri 2 : " Besi "
Santri 3 : " Gajah "
Kyai : " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG
AMANAH (Surah Al-Ahzab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan
malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi
khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Kyai : " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Santri 1 : " Kapas"
Santri 2 : " Angin "
Santri 3 : " Debu "
Murid 4 : " Daun-daun"
Kyai : " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan
di dunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita
atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Kyai : " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Para santri dengan serentak menjawab = " Pedang "
Kyai : " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini
adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

"sampaikanlah walau satu ayat"..

Diilhami dari kisah percakapan Imam Ghazali dengan muridnya. (alfn)

Label:

Senin, Agustus 18, 2008

BROSUR PABELAN

Ini brosur tentang penerimaan murid baru, tentu sudah sangat terlambat. Tapi banyak yang bisa kita ketahui tentang perkaembangan mutakhir Pondok Pabelan kita, jika membaca brosur
ini. Tak ada kata terlambat untuk sebuah informasi kan? Hehe.....ini bahasa orang yang "lalai" karena sebenarnya brosur ini mau diposting jauh sebelum penerimaan santri baru. (ly)

Label:

KEMERDEKAAN KONSUMEN

Oleh: Cecep Suhaeli

Menjelang peringatan kemerdekaan itu tiba, umbul-umbul berjejer di sepanjang jalan. Botol dan gelas plastik bekas minuman dengan cat merah putih bergelantungan di sepanjang rumah penduduk. Spanduk-spanduk melintang diantara tiang dan pepohonan. Bendara berkibar di setiap halaman rumah dan perkantoran. Proposal terbang dan mengetuk pintu-pintu warga, kantor perusahaan, lembaga dan instansi. Panggung pun didirikan. Sebuah pesta besar-besaran digelar di mana-mana.

Demi pesta, para orang tua bermain seperti anak-anak. Jalan umum dipagar seenaknya. Jalur kendaraan dibelokkan entah kemana. Bagai Pahlawan kecil, anak-anak muda dengan ikatan di kepala, menyetop kendaraan untuk sekedar sumbangan.

Pada sebuah pesta, pak Lurah berpidato dihadapan rakyatnya; “Saudara-saudara! yang terpenting bagi kita sekarang adalah bagaimana mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya, menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban. Tidak lupa pula membayar pajak………dan seterusnya”. Pidato selesai. Hadirin bertepuk tangan. Lampu warna warni dinyalakan. Dan anak-anak yang telah berminggu-minggu berlatih, menari diatas pangung. Berlenggok menirukan kuch kuch kutahe. Pak lurah permisi dan berlalu. Bulan ini bulan sibuk. Ia harus berpidato juga di Rw lain dengan pidato yang sama.

Peristiwa ini terus berulang setiap tahun tanpa perubahan. Berlalu tanpa makna.

MERDEKA ATAU MATI ! kalimat dengan tanda seru itu keluar hanya sebagai kata-kata. Tanpa karisma. Tanpa wibawa. Padahal MERDEKA ATAU MATI adalah ajimat sakti laluhur kita. Kalimat yang mampu menghalo meriam hanya dengan sebatang bambu. Kalimat yang tidak takut oleh bedil dan senapan. Apalagi oleh sebutir mercon yang dilledakan di Braga Bandung atau di KPU Jakarta.

Enam Puluh Tiga tahun silam negri ini merdeka. pernahkah kita memproklamirkan diri sebagai orang yang merdeka. Sudahkah bendera kemerdekan itu dikibarkan diatas kepala kita sendiri. Sudahkah umbul-umbul dan spanduk kemerdekaan itu kita hamparkan jauh dalam jiwa kita. Agar tata nilai budaya, ekonomi, politik dan apa saja yang menjadi atmosfir diri kita, berkembang secara merdeka. Kita ingin sebuah kemerdekaan substansial. Kemerdekaan yang tidak hanya dalam ruang lingkup formal dan seremonial. Sebab kemerdekaan formal dan seremonial yang kering akan substansi, sama artinya dengan rumah mewah tanpa penghuni. Raga tanpa jiwa. Jasad tanpa ruh. Sama artinya dengan bangkai yang dimumikan. MERDEKA ATAU MATI adalah pilihan antara menjadi manusia atau bukan manusia. Tanpa kemerdekaan, kita kehilangan apa yang diagungkan dari nilai kemanusiaan.

Anda mungkin tak percaya, kalau berbagai krisis yang terjadi di negri ini adalah akibat dari semakin terkikisnya nilai dan substansi kemerdekaan yang selama ini kita banggakan. Kita malah prihatin ketika banyak dibutuhkannya Sumber Daya Manusia Indonesia di luar negri. Karena kita tahu bahwa prosentasi Tenaga Kerja Indonesia yang mengembara ke luar negri lebih banyak sebagai manusia terjajah dari pada sebagai manusia merdeka. Ah, Sudahlah. Tak perlu kita ungkap satu-satu berbagai berita miring di media masa tentang nasib saudara kita ini. Sungguh mengerikan.

Sebagai bangsa yang sedang merangka menyusuri hutan reformasi, terkadang mengalami ketakutan yang luar biasa untuk tidak mendapat pinjaman dana luar negeri dalam membangun negri ini. Hal ini telah menjajah proses penyusunan kebijakan dalam negeri sendiri. Rupiah kenyataannya terjajah oleh dolar. Kebebesan ekonomi dunia yang biasa kita sebut globalisasi, mencoba menjajah perkembangan potensi ekonomi lokal. Mungkin masih ingat ketika pasar-pasar modern dan tradisional dibanjiri paha ayam Amerika. Konon paha ayam tersebut tidak disukai di negri paman Syam itu, karena di bagian paha itulah vaksin biasanya disuntikan.

Belum lama daging sapi illegal yang cukup mencemaskan ibu-ibu rumah tangga, terus menurus menyibukkan aparat daerah tanpa ada upaya penghentian di tingkat pusat. Belum lagi maraknya produk elektronik dengan merek jadi-jadian tanpa petunjuk pemakaian yang kita fahami, tak henti-hentinya membanjiri pertokoan dan kaki lima. Bahkan mendatangi kita di kantor dan di rumah. Padahal negeri ini bukanlah tong sampah raksasa.

Ya. Belum sirna juga dari ingatan kita, ketika kehalalan sebuah produk yang cukup mencemaskan konsumen muslim Indonesia –sebut saja Ajinomoto. Waktu itu yang dapat dilakukan pemerintah adalah upaya meredam opini publik tanpa penyelesaian yang jelas dan penjelasan yang selesai. Memang ketika itu kita sedang terjajah oleh ancaman dicabutnya seluruh investasi yang berasal dari negri asal produk tersebut. Karena penjajahan itulah kasus-kasus yang muncul selalu berakhir dengan mengambang. Bahkan Majlis Ulama Indonesia yang menjadi tumpuan masyarakat Muslim seringkali bersikap tidak merdeka. Heboh susu kemasan yang mengandung lemak babi, MUI mereguknya secara demonstratif dan disiarkan media masa. Ribut masalah proses penyembelihan ternak import yang tidak sesuai syari’at, MUI langsung berkunjung ke negri asalnya dan berkata “halal”

Teriakan ‘Merdeka’ dari mulut anak-anak bangsa sewaktu karnaval, terdengar hambar. Karena ruang gerak kemerdekaan konsumen telah terjajah oleh perang iklan dan promosi yang menyesatkan. Ya seperti rayuan kolonial dulu yang membuat rakyat dan raja-raja kita terjerat dengan mudah. Janji janji pengusaha, klausul-klausul sepihak, pesta hadiah dan berbagai teknik strategi untuk menutupi kekurangan kualitas produk adalah pasukan tentara yang kejam dan menyeramkan. Menyerang konsumen dari berbagai arah. Menumpas hak-hak konsumen satu persatu.

Penegakkan hak-hak konsumen dalam hubungannya dengan kemerdekaan sangatlah penting. Karena konsumen merdeka adalah konsumen yang hak-haknya tida tereksploitasi. Sebaliknya, konsumen terjajah adalah konsumen yang selalu dikepung oleh berbagai keharusan dan kewajiban tanpa diimbangi oleh pengakuan terhadap hak-haknya.

He he salam

Tulisan ini saya posting tanpa seijin kang Cecep, tapi saya haqqul yakin kang Cecep tidak bakal marah. Ini saya lakukan karena tulisan ini bisa jadi renungan bersama. Tulisan ini dikirim kang Cecep ke email saya, untuk membalas email "iseng" saya tentang kemerdekaan Indonesia yang belum merdeka-merdeka juga. Ok kang Cecep, kita masih menanti tulisan kang Cecep selanjutnya. (Lily)

Label: ,

Minggu, Agustus 17, 2008

MENGANTAR KEPERGIAN WATI....

29 Agustus sebentar lagi, jika Wati masih ada, tentu kita akan bersama-sama merayakannya memasuki usia ke 40. Tapi ini tentu kehendak kita, tapi ternyata Allah berkehendak lain, memanggilnya lebih cepat dari sisi kita, sahabat-sahabatnya yang sangat menyayanginya.

Untuk menghormati dan mengenangnya, selain doa yang kita panjatkan, tentu kita bisa mengambil pesan yang menyertai kepergiannya, yah....kita harus selalu menjaga kesehatan, selalu bertindak prefentif dengan selalu memeriksakan diri dan waspada terhadap kanker yang kapan saja bisa menyerang kita.

Ya...kepergian Wati, sebagai bagian dari ratusan wanita Indonesia yang meninggal setiap tahun akibat kanker payudara. Kita harus mengingatnya dengan selalu dan selalu waspada dan peka terhadap perubahan yang terjadi dalam diri kita.Bukan hanya kanker payudara sebagai momok bagi wanita, tapi kanker serviks (mulut rahim) tak kalah ganasnya dan menempati peringkat teratas.

Mari kita jadikan kepergian Wati membawa pesan bersama bagi kita untuk selalu waspada dan deteksi dini, memeriksakan diri jika secara rutin baik mamo maupun papsmear. Ini khususnya bagi kita yang saat ini telah menjadi ibu-ibu dan bagi para suami untuk selalu mengingatkan dan mengajak sang istri untuk selalu memeriksakan diri, paling tidak untuk mamo dan papsmear.

Semoga kepergian Wati tidak sia-sia, karena Wati pergi membawa pesan untuk kita.(ly)

Label:

Indonesia merdeka versi Belanda

17 Agustus 1945! Itu versi Indonesia menganggap kita merdeka kan?. Kalau Belanda? baru tgl 27 Desember 1949. Nah lalu gimana masyarakat Indonesia memperingati kemerdakaan 17 agt ini di Belanda? Ya pasti boleh, bebas....di KBRI selalu ada upacara 17 agustusan, lalu selalu dilanjut dengan pesta rakyat. Kali ini mengundang Dorce Gamalama, Rhere, Andree Hehanusa. Beberapa tahun lalu ada Srimulat. Persis seperti bazar, banyak makanan Indonesia dijual, dari gado-gado, martabak, sate madura, empek-empek, dll. Yang lucu, banyak orang-orang tua (terutama yang terhalang pulang karena dituduh PKI oleh Soeharto, padahal mereka cuma Soekarnois dan menolak mendukung Suharto), mereka gayanya lucu-lucu. Masih pakai brookat kebaya warna jreng yang biasa dipakai orang kampung jaman kita keci-kecil. Jadi mereka seperti terlambat lahir dan kita bener-bener jadi merasa seperti Indonesia jaman dahulu.

Lalu, Belanda sendiri membuat pesta peringatan kah untuk kemerdekaan Indonesia? Mungkin tidak dilakukan pada tanggal 27 Des (yang lagi winter musim dingin), tetapi pas jelang musing panas bulan April ada pasar malam besar yang digelar di Malieveld-Den Haag, populer dengan sebutan festifal pasar Tong-Tong. Kedua foto dalam posting ini suasana didalam tenda raksasa untuk festifal pasar tong-tong ini. Persis seperti pasar malam, aneka makanan Indonesia ada, baju-baju, teater/bioskop tentang Indonesia, panggung musi-musik keroncong dll, diskusi ttg Indonesia, memasak resep Indonesia dan dimakan sama-sama, pameran buku ttg Indonesia. Pokoknya seru. Student Indonesia juga banyak yang jadi waiter temporer disini.

Btw, waktu aku datang pertama kali kesini, curious banget pingin lihat persepsi murid-murid /orang Belanda ttg penjajahan. Apa mereka nggak berhati? Rupanya sejarah kekejaman itu nggak sampai tertransfer ke murid-murid. Sangat biasa di Eropa ini orang menganggap kolonisasi adalah glory jaman keemasan mereka. Dan itu wajar..hampir semua negara Eropa ini punya koloni. Sebel banget nggak sih? Tapi yang lucu, aku pernah temenin profesorku dan anaknya (orang Belanda) lewat tugu bambu runcing Batikan-Muntilan itu lho..ingat kan? Dengan nasionalisnya aku bilang: "itu dulu senjata tradisonal bambu runcing untuk membunuh orang Belanda". Lalu Shaila anak profku yang berumur 11 langsung bangun dan nanya macem-macem...aduh!! pusing aku!! (y).

Label:

Serasa Wati mendatangi kami...

Kamis, 14 Agt kemarin karena koop avond (toko2 di Belanda buka ampe jam 9 malam setiap Kamis, selebihnya hanya sampai jam 6 sore), aku menyempatkan jalan ke V&D (dept store) sepulang ngantor di Repenburg. Cuma satu tujuanku, ingin mencari sesuatu untuk Nawal (anak kita yang terlahir dari rahim Wati almarhumah). Karena besoknya (jumát) Dien Wahid akan pulang ke Indonesia, jadi bisa nitip (tapi sayang nggak kebawa, karena over weight). Nggak apa-apa, bisa cari orang lain lagi!! Ok, di V & D akhirnya aku dapat sesuatu, mungkin sesuatu yang biasa. Tapi saat memilih-milih ini yang nggak biasa. Aku seperti sedang mencarikan baju lebaran untuk anakku sendiri, aku seperti dibantu memilih sama almarhumah yang berdiri ceriwis disampingku sambil menjuntaikan tangannya di pundakku. Dia seperti ada!!

Mungkin selang satu hari, aku buka blog Lily, dan dia sedang menulis panjang soal wati dengan gambar-gambar saat almarhumah terbaring tak bernyawa. Langsung aku copy salah satu foto diatas. Aku menyesal tidak ada didekatnya saat suasana begini.....yah....Wati seperti ingin menyapa kami? Apakah kau gelisah disana sayang??

Buat kawan-kawan yang mungkin ingin menyayang Nawal dengan mengirim postcard lucu-lucu, lukisan/gambar kita atau anak kita ttg binatang atau apalah juga bagus. Bisa juga mainan, atau buku cerita, jepit atau pita.....mungkin ada bagusnya. Bukan barangnya (karena pasti keluarga yang mengasuhnya sudah penuh perhatian), tapi barangkali untuk menyenangkan Wati, Nawal, mama, ayah Nawal dan keluarga dekatnya...bahwa kita sahabatnya masih ada dilingkarannya. Alamat mama Wati apa ya Ly?? (tetap buka posting ini untuk dapat alamatnya).

Label: